Panen Kopi di Lampung, Tapi Harga Cenderung Turun - MEDIA ONLINE

Hot

Wednesday, June 24, 2015

Panen Kopi di Lampung, Tapi Harga Cenderung Turun


LAMPUNG - Saat ini, para petani kopi di Provinsi Lampung mulai memasuki musim panen. Namun, kendati kurs dolar AS terhadap rupiah terus menguat, tidak berdampak terhadap harga kopi. Bahkan harga biji kopi cenderung menurun, yang disebabkan terus memburuknya harga kopi di pasar internasional.

Petani kopi di Desa Padang Tampak, Kecamatan Way Tenong, Kabupaten Lampung Barat, H. Sunyoto, menyatakan, di wilayahnnya musim panen sudah mulai sejak awal bulan ini. Diperkirakan puncak musim panen jatuh pada bulan Juli 2015. Tetapi, harga kopi dikhawatirkan merosot seiring datangnya puncak musim panen.

“Pekan lalu saya masih jual biji kopi kualitas asalan Rp 21.000 per kilogram. Namun ke depannya kami khawatir harga turun karena semakin banyak petani yang menjual kopi,” ujar Sunyoto, seperti dilansir Sinarharapan pada Rabu (24/6/2015).

Harga tersebut tidak banyak berubah dibandingkan dengan sebelum musim panen kopi. Bahkan harga kopi di awal musim panen ini hanya naik tipis dibandingkan dengan awal musim panen kopi tahun 2014 yakni berkisar Rp 19.000 hingga Rp 20.000.

Sebelumnya para petani di dataran sedang seperti di Kabupaten Tanggamus, juga sudah memasuki musim panen kopi sejak akhir bulan Mei lalu. Begitu pula H. Subarjo, petani kopi di Desa Way Harong, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus menyatakan, ia sudah memetik sebagian buah kopinya yang sudah merah menjelang puasa lalu.

Hanya Subarjo belum menjual biji kopinya meski sudah kering karena masih menunggu harga membaik. “Meski sudah kering, biji kopinya masih disimpan menunggu dolar lebih tinggi lagi, mudah-mudahan harga kopi lebih tinggi,” ujarnya.

Menurutnya, saat ini petani kopi di desanya sedang panen puncak. Sementara dia sendiri baru memanen separuh buah kopinya. “Panen berikutnya sekitar awal bulan Juli mendatang,” lanjut Subarjo yang memprediksi panen kopi dari dua hektare kebunnya akan mencapai sekitar 5 ton.

Di tempat terpisah, eksportir kopi Budi Setiawan menyatakan, kenaikan kurs dolar terhadap rupiah tidak banyak mendongkrak harga kopi di tingkat petani karena harga kopi di pasar internasional terus tertekan. Vietnam masih menahan stok kopinya sehingga pasar terus tertekan.

Harga kopi robusta di Bursa Berjangka Komoditas di London, Inggris pada penutupan Senin (22/6) waktu setempat sebesar US$ 1.857 per ton untuk pengiriman bulan Juli. Terjadi penurunan US$ 9 per ton dibanding dengan penutupan pada akhir pekan lalu yang mencapai US$ 1.866 per ton. Sementara harga basis biji kopi robusta di Bandarlampung, Selasa (23/6) sebesar Rp 23.394 per kilogram.  

Luas lahan perkebunan kopi di Provinsi Lampung sekitar 160.565 hektare atau 472,01 juta pohon yang diusahakan oleh sekitar 202.858 kepala keluarga petani dan produksinya sekitar 140.000 ton per tahun. Dengan produksi sebanyak itu, Lampung merupakan daerah produsen kopi terbesar di Tanah Air.

Sentra kopi di Provinsi Lampung terdapat di Kabupaten Lampung Barat, Way Kanan, Lampung Utara, Tanggamus dan Lampung Utara. Dari lima kabupaten tersebut, Lampung Barat merupakan sentra terbesar dengan produksi sebanyak 60.000 hingga 70.000 ton per tahun. (*)

Post Top Ad