Lampung Kurang Gizi, Gubernur Evaluasi Dinas Kesehatan - MEDIA ONLINE

Hot

Thursday, January 1, 2015

Lampung Kurang Gizi, Gubernur Evaluasi Dinas Kesehatan


LAMPUNG – Menteri Kesehatan Nila Moeloek yang notabene berasal dari Provinsi Lampung menyatakan jika Lampung masuk dalam tiga provinsi yang mengalami kekurangan kalori dan protein, dua lainnya adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua, berdasarkan hasil studi diet total yang digelar Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan 2014.

Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo akan meminta evaluasi kepada satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait. Terutama kepada Dinas Kesehatan (Diskes) mengenai alasan provinsi ini masuk dalam tiga provinsi yang mengalami kekurangan gizi.

’’Ya, ini akan menjadi motivasi kita untuk mengejar ketertinggalan. Untuk itu nanti kita kumpulkan perangkat kerja terkait, terutama Dinas Kesehatan. Apa alasannya bisa seperti ini? Harus ada solusi yang jelas,” kata Ridho, Selasa (30/12/2014).

Gubernur termuda se-Asia Tenggara ini mengaku bingung dengan hasil studi tersebut. Padahal, kata dia, menurut data dari Bank Indonesia (BI), pertumbuhan ekonomi Lampung lebih tinggi dari nasional.

”Saya juga heran mengapa ini tidak berbanding lurus dengan hasilnya. Tapi kemungkinan itu selalu ada. Untuk membuat pemerataan ekonomi yang baik salah satunya adalah infrastruktur di seluruh daerah. Kalau semua merata ya maka pertumbuhan ekonominya akan merata,” katanya.

Sementara, Asisten III Bidang Kesejahteraan Rakyat Setprov Lampung Elya Muchtar enggan memberikan banyak komentar ketika dimintai keterangan. ”Kalau masalah itu, lebih baik ke Dinas Kesehatan saja, jangan saya ya,” ujarnya sembari meninggalkan Gedung Pusiban Pemprov Lampung.

Terpisah, Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Pengabdian Masyarakat Diskes Lampung Asih Hendrastuti mengatakan, soal hasil studi ini, SKPD-nya perlu melakukan mengetahui beberapa hal. Pertama, Diskes belum mendapatkan tembusan laporan awal tersebut.

”Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya asupan kalori dan protein keluarga. Diantaranya status ekonomi dan pengetahuan masyarakat tentang gizi,” kata Asih, seperti dilansir radarlampung.co.id.

Asih mengatakan, selama ini Diskes telah melakukan beberapa hal. Yakni meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi, misalnya mendorong terbitnya regulasi serta membangun kemitraan dengan organisasi masyarakat dan dunia usaha.

Lalu, mencegah kasus gizi kurang dan buruk dengan revitalisasi posyandu, mendekatkan akses pelayanan kesehatan, mendorong masuk program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan mengobati setiap kasus gizi kurang dan buruk.

Rawat Pasien Kurang Gizi

Hasil studi ini setidaknya tercermin dengan kondisi sebenarnya. Rumah Sakit Umum Daerah dr H Abdul Moeloek (RSUDAM) merawat pasien kurang gizi di Ruang Alamanda. Tapi, manajemen rumah sakit dan keluarga tidak memperkenankan pasien ini dipublikasi.

”Iya ada pasien diduga gizi buruk di Alamanda, tapi isi angket dulu. Jika keluarga pasien tidak bersedia, berarti tidak bisa untuk peliputan atau pemotretan,” ujarnya Humas RSUDAM Esti Komalaria.

Berdasarkan angket tersebut, koran ini menemui koordinator ruangan yang diketahui bernama Maria. Perempuan berjilbab ini hanya mengatakan bahwa memang ada pasien anak yang diduga mengalami kurang gizi dengan disertai penyakit jantung.

Ia mengatakan, telah menyampaikan kepada keluarga pasien untuk memotret pasien. ”Kita sudah meminta izin kepada keluarga pasien, tapi mereka tidak bersedia untuk dipublikasi dengan alasan privasi,” ujar Maria. (*)

Post Top Ad