AS Hikam |
JAKARTA - Pakar
politik senior Muhammad AS Hikam menyayangkan pernyataan Kapolri
Jenderal Sutarman, terkait keberadaan kelompok yang mengatasnamakan
Islamic State for Iraq and Syria (ISIS) belum merupakan bahaya bagi
NKRI.
"Statemen
Kapolri Jenderal Sutarman bagi saya sangat mengecewakan dan menunjukkan
ketiadaan sense of criris yang ada dalam batang tubuh Polri, atau
minimum elite-nya," sebut dia seperti dikutip dari laman facebook
miliknya, Muhammad A S Hikam, Selasa (6/1/2014).
Mengapa demikian? Hemat AS Hikam, menganggap ISIS belum merupakan bahaya bagi NKRI ibaratnya sama dengan mengatakan kanker stadium satu tidak bahaya bagi si penderita. Memang, soal level 'kebahayaan' itu bisa berbeda-beda menurut gradasi, bisa dianggap status siaga 3, 2, 1 dan lain-lain.
Mengapa demikian? Hemat AS Hikam, menganggap ISIS belum merupakan bahaya bagi NKRI ibaratnya sama dengan mengatakan kanker stadium satu tidak bahaya bagi si penderita. Memang, soal level 'kebahayaan' itu bisa berbeda-beda menurut gradasi, bisa dianggap status siaga 3, 2, 1 dan lain-lain.
"Namun
dalam hal bahaya terhadap keamanan nasional, saya kira Polri sebagai
alat negara yang memiliki tugas di barisan depan dalam keamanan dan
ketertiban umum masyarakat dan bangsa, harusnya lebih berhati-hati dan
lebih baik jika tidak meremehkan ancaman kelompok Islam garis keras
(Igaras) seperti ISIS," jelas dia.
Ia mengaku tidak jelas ukuran apa yang dipakai Kapolri untuk menganggap bahaya itu benar-benar bahaya. Apakah jika teror sudah dilakukan seperti di Irak dan Syria? Ataukah jika ideologi Igaras sudah menyebar di akar rumput, khususnya di kalanga generasi muda Islam? Ataukah bahaya itu menurut Kapolri hanya urusan persepsi belaka. Kendati aksi terorisme dan rekrutmen anggota ISIS sudah massif, tetapi kalau persepsinya belum bahaya maka dianggap tdk ada bahaya apapun?.
Ia mengaku tidak jelas ukuran apa yang dipakai Kapolri untuk menganggap bahaya itu benar-benar bahaya. Apakah jika teror sudah dilakukan seperti di Irak dan Syria? Ataukah jika ideologi Igaras sudah menyebar di akar rumput, khususnya di kalanga generasi muda Islam? Ataukah bahaya itu menurut Kapolri hanya urusan persepsi belaka. Kendati aksi terorisme dan rekrutmen anggota ISIS sudah massif, tetapi kalau persepsinya belum bahaya maka dianggap tdk ada bahaya apapun?.
"Pernyataan
Kapolri bagi saya justru sangat berbahaya, dan menunjukkan kelemahan
bahkan ketiadaan sense of crisis dari elit Polri, yang pada gilirannya,
akan menular ke seluruh jajaran Polri," ujar AS Hikam, seperti dilansir aktual.co.
Hal ini, lanjut dia, berakibat dengan makin maraknya propaganda ISIS melalui media sosial dan juga pola rekruitmen yang makin canggih, melibatkan teknologi tinggi dan dukungan finasial yang kuat. Sementara Polri sendiri tidak peka terhadap perkembangan tersebut, karena persepsi mereka tidak kuat. Polri hanya terfokus pada masalah-masalah penegakan hukum dan gangguan keamanan yang tampak di depan mata, sedangkan bahaya yang tidak tampak seperti ideologi dan kegiatan klandeestin Igaras dianggap sepi.
Hal ini, lanjut dia, berakibat dengan makin maraknya propaganda ISIS melalui media sosial dan juga pola rekruitmen yang makin canggih, melibatkan teknologi tinggi dan dukungan finasial yang kuat. Sementara Polri sendiri tidak peka terhadap perkembangan tersebut, karena persepsi mereka tidak kuat. Polri hanya terfokus pada masalah-masalah penegakan hukum dan gangguan keamanan yang tampak di depan mata, sedangkan bahaya yang tidak tampak seperti ideologi dan kegiatan klandeestin Igaras dianggap sepi.
"Jika
kepemimpinan Polri tidak sensitif terhadap bahaya yang jelas dan nyata
(a clear and present danger) seperti ISIS dan kaum Igaras lainnya, maka
saya ragu apakah NKRI akan bisa tetap menjaga kedaulatannya. Polri
seharusnya lebih awas dan lebih siap, walaupun tidak perlu paranoid
juga," demikian AS Hikam. (*)