AS Hikam Nilai Pernyataan Kapolri Berbahaya soal ISIS - MEDIA ONLINE

Hot

Tuesday, January 6, 2015

AS Hikam Nilai Pernyataan Kapolri Berbahaya soal ISIS

AS Hikam

JAKARTA - Pakar politik senior Muhammad AS Hikam menyayangkan pernyataan Kapolri Jenderal Sutarman, terkait keberadaan kelompok yang mengatasnamakan Islamic State for Iraq and Syria (ISIS) belum merupakan bahaya bagi NKRI. 

"Statemen Kapolri Jenderal Sutarman bagi saya sangat mengecewakan dan menunjukkan ketiadaan sense of criris yang ada dalam batang tubuh Polri, atau minimum elite-nya," sebut dia seperti dikutip dari laman facebook miliknya, Muhammad A S Hikam, Selasa (6/1/2014).

Mengapa demikian? Hemat AS Hikam, menganggap ISIS belum merupakan bahaya bagi NKRI ibaratnya sama dengan mengatakan kanker stadium satu tidak bahaya bagi si penderita. Memang, soal level 'kebahayaan' itu bisa berbeda-beda menurut gradasi, bisa dianggap status siaga 3, 2, 1 dan lain-lain. 

"Namun dalam hal bahaya terhadap keamanan nasional, saya kira Polri sebagai alat negara yang memiliki tugas di barisan depan dalam keamanan dan ketertiban umum masyarakat dan bangsa, harusnya lebih berhati-hati dan lebih baik jika tidak meremehkan ancaman kelompok Islam garis keras (Igaras) seperti ISIS," jelas dia.

Ia mengaku tidak jelas ukuran apa yang dipakai Kapolri untuk menganggap bahaya itu benar-benar bahaya. Apakah jika teror sudah dilakukan seperti di Irak dan Syria? Ataukah jika ideologi Igaras sudah menyebar di akar rumput, khususnya di kalanga generasi muda Islam? Ataukah bahaya itu menurut Kapolri hanya urusan persepsi belaka. Kendati aksi terorisme dan rekrutmen anggota ISIS sudah massif, tetapi kalau persepsinya belum bahaya maka dianggap tdk ada bahaya apapun?. 

"Pernyataan Kapolri bagi saya justru sangat berbahaya, dan menunjukkan kelemahan bahkan ketiadaan sense of crisis dari elit Polri, yang pada gilirannya, akan menular ke seluruh jajaran Polri," ujar AS Hikam, seperti dilansir aktual.co.

Hal ini, lanjut dia, berakibat dengan makin maraknya propaganda ISIS melalui media sosial dan juga pola rekruitmen yang makin canggih, melibatkan teknologi tinggi dan dukungan finasial yang kuat. Sementara Polri sendiri tidak peka terhadap perkembangan tersebut, karena persepsi mereka tidak kuat. Polri hanya terfokus pada masalah-masalah penegakan hukum dan gangguan keamanan yang tampak di depan mata, sedangkan bahaya yang tidak tampak seperti ideologi dan kegiatan klandeestin Igaras dianggap sepi. 

"Jika kepemimpinan Polri tidak sensitif terhadap bahaya yang jelas dan nyata (a clear and present danger) seperti ISIS dan kaum Igaras lainnya, maka saya ragu apakah NKRI akan bisa tetap menjaga kedaulatannya. Polri seharusnya lebih awas dan lebih siap, walaupun tidak perlu paranoid juga," demikian AS Hikam.  (*)

Post Top Ad