Ismail Panas Dingin, Merasa Sedih Ditinggal Keluarga - MEDIA ONLINE

Hot

Saturday, April 14, 2012

Ismail Panas Dingin, Merasa Sedih Ditinggal Keluarga

Bupati Mesuji Khamamik (kanan) saat mengunjungi pasangannya, Ismail Ishak (kanan) yang tengah dirawat di RSUD Menggala, beberapa waktu lalu.
SUASANA haru menyelimuti pelantikan bupati Mesuji Khamamik dan wakilnya Ismail Ishak. Sejak sebelum acara dimulai hingga Ismail kembali ke sel, tampak mata Ismail, mantan anggota DPRD Tulangbawang ini, terus berkaca-kaca.

Laporan Dina Puspasari, TULANGBAWANG 

“Kami ndulu balek (kami duluan pulang),” kata Hj. Kasmi kepada suaminya, Ismail Ishak. Tidak ada pelukan, tidak ada ciuman di antara pasangan suami istri ini. Ekspresi Kasmi sangat datar saat akan meninggalkan Ismail di Rumah Tahanan (Rutan) Bawanglatak Menggala, Tulangbawang (Tuba). 
    
Au au (iya, iya),” jawab Ismail. Keduanya berbahasa Semendo, Sumatera Selatan, meskipun sama-sama berasal dari Wiralaga, Kabupaten Mesuji, Lampung. Kasmi pun keluar dari rutan tersebut bersama empat anak, dua menantu, dan tiga cucunya. Saudara lainnya mengikuti. Berbeda dengan Kasmi, anak-anak Ismail sempat mencium tangan Ismail saat akan meninggalkan Ismail yang menjalani hari-harinya di Blok C2 rutan tersebut.
Sejurus kemudian, wakil bupati Mesuji yang kemarin dilantik ini nampak kebingungan. Untung saja masih ada keluarga lain yang tersisa di lapangan rutan yang disulap menjadi lokasi pelantikan bupati dan wakil bupati Mesuji. Ismail pun masih ada teman bercerita. Itu pun tidak lama.
Karena keterbatasan waktu yang disepakati untuk pelantikan, Ismail harus kembali ke selnya. Sebelum itu, ia menitipkan topi yang dipakai saat pelantikan. Sampai selesai pelantikan, topi itu tidak dilepas, meskipun jas putihnya telah ditanggalkan, mungkin karena cuaca yang panas. “Bawa balek bae (bawa pulang saja), untuk apa betopi-topi di dalam (penjara),” kata Ismail sembari menyerahkan topi kepada saudara perempuannya.
    
Setelah itu, Ismail nampak sendiri, walaupun masih banyak petugas yang hilir mudik merapikan tempat bekas pelantikan. Ia kemudian menghampiri Radar Lampung (Lampung NewsPaper Group) yang duduk di antara barisan kursi kosong. “Sedih, orang pada pulang, kita ga pulang,” ujarnya lirih.
    
Ismail pun tak sungkan menceritakan keadaannya di dalam sel saat koran ini bertanya. Diakui, setiap hari istrinya datang membawakan nasi. Ini karena Ismail tidak memakan nasi cadhong, yang menjadi jatahnya di rutan itu. Meskipun setiap hari datang, namun ia tidak selalu bertemu dengan Kasmi.
    
“Kadang bertemu, kadang bertemu nasinya saja. Banyak yang kami bicarakan. Sampai, maaf ya ngomong, sudah habis bahan untuk dibicarakan,” kata Ismail.       
Namun obrolan dengannya pun berlangsung sangat singkat. Sudah waktunya Ismail kembali ke ruangannya yang berukuran sekitar 2x3 meter persegi. Ia pun berdiri, berbalik arah, dan meninggalkan Radar Lampung. Ismail bersalaman dengan para sipir, untuk kemudian kembali menjalani aktifitasnya belakangan ini, di penjara.
    
Sebelum kembali ke “kesendiriannya”, Ismail nampak sedikit bahagia berumpul bersama keluarganya secara lengkap. Seluruh keluarganya hadir dan mengucapkan selamat. Bahkan, salah satu putrinya mengambilkan makan siang untuk Ismail dari meja prasmanan. Ismail tidak duduk di meja VIP.
    
Dia makan ditemani istrinya. Duduk di tempat duduk, tanpa meja, dekat podium yang sebelumnya diduduki barisan peserta marching band pengisi acara. Sebelum makan, Ismail melepas kancing jas putihnya. Ia pun makan dengan mengangkat piring dengan tangannya sembari bercengkarama dengan anggota keluarganya.
    
Suasana haru dan kesedihan memang sangat terasa dalam pelantikan tersebut. Sebelum pekantikan pun, Ismail mengaku gugup. “PANAS dingin,” ujar Ismail kepada Radar Lampung saat ditanya perasaannya, sesaat sebelum pelantikannya dilakukan oleh Gubernur Lampung Sjachroedin ZP.
    
Meskipun para undangan sudah memenuhi lapangan rutan yang disulap menjadi tempat pelantikan, namun prosesi “pengukuhan” keduanya sebagai kepala daerah belum juga dimulai. Selama menunggu gubernur datang, Khamamik dan Ismail nampak berbaur dengan para kerabatnya.
Khamamik nampak asyik mengobrol dan mempelajari tata cara pelantikan dari protokol gubernur. Sedangkan Ismail terlibat pembicaraan dengan Bupati Tulangbawang Barat Bachtiar Basri. Menariknya, dalam pelantikan itu, hanya Bachtiar yang merupakan kepala daerah.
Sisanya hanyalah wakil. Yakni Wakil Walikota Metro Saleh Chandra, Wakil Bupati Lampung Selatan Eki Setyanto, Wakil Bupati Pesawaran Saleh Chandra, Wakil Bupati Waykanan Raden Nasution, Wakil Bupati Lampung Tengah Mustofa, Wakil Bupati Lampung Utara Rohimat Aslan, dan Wakil Bupati Lampung Barat Dimyati Amin.
    
Tak lama, keduanya “disterilkan”. Mereka dibawa para protokol gubernur ke ruangan tertutup untuk dipersiapkan sebelum pelantikan. Sebelum masuk ke ruangan, Ismail tertahan di dekat pintu masuk rutan tersebut. Para kerabat berebut untuk mencium dan memeluknya.
    
Hal ini memicu kesedihannya. Mata Ismail berkaca-kaca. Saat ini, Ismail masih mampu menahan tangisnya. Pun begitu dengan Khamamik. Anggota DPRD Lampung ini tampak menangis saat diberi ucapan demi ucapan selamat atas pelantikannya.
Namun usai pelantikan yang berlangsung sangat sederhana itu, Ismail yang selalu disebut-sebut terlibat korupsi APBD Tulangbawang 2006 ini tak kuasa lagi membendung air matanya. Banyak saudaranya dari Kecamatan Wiralaga, Mesuji, menangis tersedu-sedu. Sementara, Khamamik tampak meninggalkan acara saat para undangan berbaris memberikan ucapan selamat. (*)

Post Top Ad