Seruit Kedondong, Pelestarian dan Edukasi Budaya Lampung lewat Kuliner - MEDIA ONLINE

Hot

Sunday, May 10, 2015

Seruit Kedondong, Pelestarian dan Edukasi Budaya Lampung lewat Kuliner


BANDAR LAMPUNG – Bagi masyarakat Lampung, Seruit adalah kata yang sering didengar saat membahas tentang kuliner khas Lampung. Jenis makanan yang disajikan dengan nasi ini merupakan campuran dari berbagai jenis bahan makanan seperti ikan, sambal terasi, terong, tempoyak atau durian dan lain-lain. Cara mengolahnya dengan mencampurkannya menggunakan tangan di dalam sebuah wadah atau mangkok. 

Namun sayang, makanan khas suku Lampung ini justru susah dicari di provinsi ini. Karena memang pada awalnya Seruit disajikan pada acara-acara keluarga atau adat, hingga tidak semua masyarakat bisa mendapatkan dan menikmati Seruit dengan mudah. Ini menjadi peluang dan inspirasi bagi para pebisnis kuliner di Lampung.

Tapi jangan terkecoh dengan nama warung tenda yang satu ini. Kendati namanya 'Seruit Kedondong', tapi tidak ada campuran buah kedondong di dalam olahannya.

"Seruit Kedondong itu bukan buah kedondong yang diseruit, tapi kata Kedondong diambil khususnya dari nama tempat resep Seruit yang secara turun temurun diwariskan sampai kepada emak saya, karena beliau penduduk asli Kecamatan Kedondong di Kabupaten Pesawaran, Lampung," jelas Owner 'Seruit Kedondong', Roni Yansyah, seperti dilansir Bandarlampungku, Minggu (10/5/2015).

Seruit Kedondong adalah sebuah tempat makan yang dimulai dari warung tenda kaki lima di Jalan ZA Pagar Alam, samping Indomaret Teknokrat, Labuhan Ratu, Bandar Lampung. Menu yang disajikan cukup sederhana yaitu Seruit Lele, Lele Goreng, Ayam Goreng, Tahu Tempe dan minumannya Es Teh Manis. 


Uniknya, buku menu makanan dan minuman dibuat menggunakan bahasa Lampung. Hal ini bertujuan untuk mengedukasi pelanggan agar mengenal dan menggunakan bahasa Lampung. Tenda kuliner 'Seruit Kedondong' ini baru dibuka sekira seminggu lalu. Jam bukanya setiap hari mulai pukul 18.00 hingga 23.00. Namun karena konsumennya begitu antusias untuk menikmati Seruit, stok makanan khas Lampung ini biasanya sudah habis pada pukul 21.00.

"Seruit dan cara penyajiannya mencirikan budaya Lampung. Ini menjadi langkah sederhana 'Seruit Kedondong' untuk melestarikan budaya Lampung. Saya juga mengajak masyarakat, khususnya para pengusaha kuliner, untuk melestarikan budaya Lampung, dari hal kecil yang diterapkan pada usahanya," imbau Roni. Anda berminat mencoba..? (*)

Post Top Ad