Di Lampung, Bahan Pangan yang Terkontaminasi Masih Tinggi - MEDIA ONLINE

Hot

Thursday, April 9, 2015

Di Lampung, Bahan Pangan yang Terkontaminasi Masih Tinggi

Reihana

LAMPUNG – Ini peringatan bagi warga di Lampung. Risiko bahan pangan yang terkontaminasi di provinsi ini masih tinggi. Ini terbukti dari jumlah penyakit yang berkaitan dengan makanan masih banyak di provinsi tersebut. Data Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas yang dikutip Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung memperlihatkan, pada 2014, ada 198.754 kasus diare. Ini setara dengan 6,64 persen dari total pasien puskesmas setahun silam.

"Dari 10 besar penyakit di puskesmas, diare dan gastroenteritis atau radang saluran pencernaan menempati urutan keenam," ujar Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Provinsi Lampung, Reihana, di Bandar Lampung, seperti dilansir Sinarharapan, Rabu (8/4/2015).

Menurutnya, hubungan diare dan gastroenteritis sangat erat. Pasalnya, kedua bakteri penyebab penyakit ini memiliki siklus kehidupan pada saluran cerna manusia dan keluar melalui kotoran manusia. 

"Apabila kotoran manusia ini mencemari makanan dan air yang diminum, kita akan terinfeksi bakteri ini," tutur Reihana.

Survei terkait keamanan pangan yang dilakukan Dinkes provinsi dan kabupaten atau kota di Lampung pada 2014 menemukan, perilaku penduduk yang menggunakan jamban sehat ada 60,8 persen dari target 80 persen.

Kualitas air minum yang memenuhi syarat sebanyak 45,8 persen dari target 100 persen. Sementara itu, angka penduduk terhadap air minum yang berkualitas adalah 62,5 persen. Ini hampir menyentuh target 63,5 persen.

Perilaku cuci tangan pakai sabun ada 63,9 persen atau cukup jauh dari target 80 persen. Kemudian, tempat pengolahan makanan yang memenuhi syarat hanya 46,2 persen atau masih jauh dari target 75 persen. Sarana pangan industri rumah tangga pangan yang memenuhi syarat juga hanya 60,8 persen dari target 85 persen.

"Artinya, Dinkes Provinsi Lampung perlu melakukan berbagai upaya agar masyarakat Lampung terhindar dari penyakit akibat kontaminasi bahan pangan, di antaranya melalui program Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), baik di rumah tangga, sekolah, maupun tempat-tempat umum, yakni cuci tangan pakai sabun, BAB di jamban sehat, jajan di kantin sehat, dan mengakses air bersih," jelas Reihana.

Selain itu, untuk mendorong pencapaian target keamanan pangan, pemerintah perlu membina tempat pengolahan makanan dan sarana pangan industri rumah tangga, serta membangun kemitraan dengan organisasi kemasyarakatan maupun dunia usaha.

Ia menyatakan, pada peringatan Hari Kesehatan Sedunia tahun ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengampanyekan "From Farm to Plate, Make Food Safe" atau "Keamanan Pangan Mulai dari Produsen Pertanian, Peternakan, dan Seterusnya Sampai di Meja Makan Kita". 

Ia menambahkan, WHO merilis, ada 200 jenis penyakit, mulai diare hingga kanker, yang terjadi akibat makanan yang tidak aman karena mengandung bakteri, virus, parasit, atau bahan kimia yang berbahaya lain.

Penyakit bawaan makanan yang diumumkan Foodborne Disease Burden Epidemiology Reference Group (FERG) milik WHO memaparkan, penyakit enteriklah bertanggung jawab atas sebagian besar kematian. Ini termasuk penyakit yang disebabkan bakteri Salmonella typhi dan enteropathogenic E coli. (*)

Post Top Ad