Arrmanantha Nassir |
JAKARTA - Sebanyak 16 Warga Negara Indonesia (WNI) yang hilang di Turki dikhawatirkan telah menyeberang ke Suriah dan bergabung dengan ISIS. Ketakutan ini muncul saat polisi Turki mengatakan kasus semacam ini sering terjadi, dan mayoritas dari mereka yang hilang terdeteksi telah menyeberang ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok radikal tersebut.
"Hal semacam ini sudah biasa di sana, tapi ini adalah kasus pertama yang terjadi pada WNI. Menurut kepolisian di sana, rata-rata warga negara asing yang dilaporkan hilang diketahui menyeberang ke negara tetanga Turki, yakni Suriah untuk bergabung dengan ISIS," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Arrmanantha Nassir.
Berbicara saat melakukan pertemuan dengan beberapa awak media pada Jumat (5/3/2015), dirinya mengatakan, saat ini pihak kepolisian Turki sedang melakukan pemeriksaan kamera pengawas di seluruh terminal penyeberangan di wilayah perbatasan.
Ke16 WNI yang hilang diketahui terdiri dari tiga keluarga dan satu orang remaja, dan berasal dari Surabaya dan Surakarta. Dari ke-16 orang tersebut diketahui terdapat seorang bayi yang masih berumur sekitar 10 bulan.
Selain otoritas di Turki, lanjut Arrmananta, otoritas di Indonesia juga sudah mulai melakukan penyelidikan tentang hal ini. Badan Intelijen Negara (BIN) dan kepolisian sedang melakukan penyelidikan mengenai latar belakang para WNI yang hilang tersebut.
"BIN sudah mencari tahu soal hal ini, dan BIN juga sudah melakukan kontak dengan pihak intelijen di Turki," sambungnya. Arrmananta juga mengungkapkan mengapa Turki kerap menjadi pintu bagi warga asing untuk pergi ke Suriah dan bergabung dengan ISIS.
"Turki itu sudah menerapkan visa on arrival, jadi kita hanya tinggal bayar beberapa dolar, selama kita tidak masuk dalam daftar hitam, maka kita akan dapat masuk ke sana," ungkapnya, seperti dilansir Sindonews.
Ke-16 WNI itu sendiri pergi ke Turki dengan menggunakan jasa layanan wisata. Mereka tiba di Istanbul pada tanggal 24 Februari lalu, dan setibanya sampai di kota itu meereka meminta untuk memisahkan diri, dan berjanji untuk bertemu di kota Pamukale sehari setelahnya. Namun, setelah hari ke-16 WNI itu lenyap, sampai saat ini mereka tidak bisa dihubungi. (*)