(Foto: dokumen Facebook Chin Lung) |
LAMPUNG – Di
kalangan pencinta batu akik, nama Tanjung Bintang, Lampung Selatan
(Lamsel), cukup dikenal. Ini tidak lepas dari keberadaan jenis batu
bungur Tanjung Bintang (TB). Memang, daerah ini sudah lama menjadi
penghasil batu akik berkualitas bagus di dunia.
Karena berbagai kelebihannya, bungur TB dianggap sebagai batu jenis amethys nomor satu di Indonesia.
Maka
tidak heran jika jenis batu ini diburu oleh kolektor dari berbagai
daerah. Tak hanya level nasional, bungur TB juga dicari oleh kolektor
dari negara asing. Hal inilah yang memicu harga bungur melambung tinggi.
Menurut Suyamto (60), warga Desa Tanjung Bintang Tugu RT 1/RW 1, Tanjung Bintang, ada tiga daerah yang menjadi pusat tambang batu bungur. Masing-masing di Trimulyo, Tanjungsari, dan Srikaton.
Yamto –demikian masyarakat sekitar biasa memanggil Suyamto–mengklaim jenis batu berwarna ungu itu yang menamainya bungur adalah bapaknya (alm.) Supardi sekitar tahun 1984 silam.
Karena tingginya permintaan, lanjut Yamto, bahan bungur semakin susah didapat. Apalagi saat ini musim hujan.
Menurut Suyamto (60), warga Desa Tanjung Bintang Tugu RT 1/RW 1, Tanjung Bintang, ada tiga daerah yang menjadi pusat tambang batu bungur. Masing-masing di Trimulyo, Tanjungsari, dan Srikaton.
Yamto –demikian masyarakat sekitar biasa memanggil Suyamto–mengklaim jenis batu berwarna ungu itu yang menamainya bungur adalah bapaknya (alm.) Supardi sekitar tahun 1984 silam.
Karena tingginya permintaan, lanjut Yamto, bahan bungur semakin susah didapat. Apalagi saat ini musim hujan.
’’Lahan
pun sudah sempit. Tetapi kalau untuk mendapatkan yang pecah seribu,
masih mudah,’’ kata bapak empat anak ini. Dijelaskan, untuk menambang
bahan (rough) bungur, harus jeli melihat kontur tanah yang bakal menjadi
lokasi galian.
“Biasanya
harus dilihat dahulu konsturnya, jenis pasir atau lempung (tanah liat).
Jika tanah yang berpasir, maka harus dibuatkan sanggahan karena sangat
mudah longsor. Lain halnya bila tanah itu lempung, tidak diberi
penyangga juga sudah kuat,” tuturnya dengan logat Jawa yang sangat
kental.
(Foto: istimewa) |
Yamto
mengungkapkan, penggalian pertama dilakukan layaknya menggali sumur.
Gali lubang vertical sedalam 3 meter kemudian dilanjutkan dengan
pembuatan lubang horizontal hingga 12 m. Karena resiko dan medan yang
berat, penggalian tidak bisa dilakukan sendirian. Penggalian minimal
dilakukan enam orang untuk setiap kelompok.
’’Tak
mudah mendapatkan bungur, terkadang hingga empat hari. Tetapi, jika
sudah menemukan jalurnya, bisa dapat uang Rp40 juta,’’ terangnya.
M. Ridho (25) anak Yamto menambahkan, ada dua jenis bungur TB. Yaitu bungur darat dan bungur air.
M. Ridho (25) anak Yamto menambahkan, ada dua jenis bungur TB. Yaitu bungur darat dan bungur air.
“Kalau
bungur darat kurang begitu diminati di sini lantaran harganya beda jauh
dengan bungur air. Untuk ukuran 10 milimeter (mm) saja, bungur darat
hanya dihargai Rp250 ribu. Itu yang sudah super tanpa retak dan berwarna
ungu. Sedangkan bungur air yang belum ungu bisa Rp700 ribu-Rp900
ribu,’’ katanya.
Menurut Ridho, untuk bungur ukuran 1,3-1,5 centimeter (cm) berwarna ungu muda biasa dibanderol Rp1 juta. Sedangkan yang sudah berwarna ungu tua harganya dikisaran Rp3 juta ke atas.
Menurut Ridho, untuk bungur ukuran 1,3-1,5 centimeter (cm) berwarna ungu muda biasa dibanderol Rp1 juta. Sedangkan yang sudah berwarna ungu tua harganya dikisaran Rp3 juta ke atas.
“Untuk
ukuran 1,5–2 cm berwarna ungu muda dihargai Rp5 jutaan, sedangkan yang
ungu tua Rp8 jutaan. Beda dengan ukuran 2,5 cm ke atas, harganya minimal
Rp10 juta bergantung kualitas,” paparnya, seperti dilansir radarlampung.co.id.
Dijelaskan, untuk membedakan bungur air dan darat biasa yang paling mudah dilakukan dengan bantuan media air. Caranya adalah masukkan batu bungur ke dalam piring putih yang telah diisi dengan air bening. Batu bungur air akan terlihat serat berwarna ungu pekat, sehingga sekilas seperti selendang yang berkibar.
Dijelaskan, untuk membedakan bungur air dan darat biasa yang paling mudah dilakukan dengan bantuan media air. Caranya adalah masukkan batu bungur ke dalam piring putih yang telah diisi dengan air bening. Batu bungur air akan terlihat serat berwarna ungu pekat, sehingga sekilas seperti selendang yang berkibar.
Memang
di dunia para pecinta batu, serat atau yang biasa disebut selendang
inilah yang membedakan bungur TB dengan bungur asal Kalimantan atau
Brazil.
’’Yang mengambil di sini kebanyakan dari luar daerah di antaranya dari Palembang. Kalau saya tugasnya hanya memasarkan. Bapak yang memotong dan membentuk. Pemasarannya dari mulut ke mulut dan dunia maya seperti Facebook,” ujar Ridho yang mengaku mendapat omzet jutaan rupiah per bulan ini. (*)