SEMARANG - Tenang, ini bukan cerita tentang gadis (muli, bahasa Lampung, red)
asal Lampung yang menghabiskan uang untuk pesta. Sebaliknya, ini kisah
tiga gadis Lampung yang dipertemukan di Kota Semarang dan bikin usaha
bareng. Namanya 'Semarang Party Planner'.
Usaha
EO (event organizer) ini baru saja dirintis Oktober lalu oleh Destari
Puspa (21), Annisa Monti (20), dan Debby Anchika (21). Ketiganya kali
pertama bertemu ketika mengikuti acara kumpul komunitas mahasiswa
Universitas Diponegoro (Undip) asal Lampung, tiga tahun lalu.
‘’Dulu
aku sama Tari malah nggak terlalu suka lihat Monti. Dia berisik banget
anaknya, haha…,’’ ungkap Debby yang kini masih menempuh pendidikan S-1
Sastra Indonesia Undip.
Ternyata
setelah kenal lebih jauh, ketiganya sadar bahwa mereka punya hobi yang
sama, yakni mendekorasi. Pada awalnya, hobi ini mereka salurkan dengan
membantu beberapa teman di Lampung, membuat pesta kejutan untuk acara
ulang tahun atau perayaan tertentu.
Tetapi melihat peluang pasar di Kota Semarang yang cukup besar, Oktober lalu tercetus ide untuk membuat EO resmi kecil-kecilan.
‘’Idenya
muncul gitu aja waktu kami lagi nginap di kos Tari. Hari itu juga kami
rencanain semuanya,’’ terang Monti, seperti dilansir suaramerdeka.com, Selasa (9/12/2014).
Promosi
pun dilakukan melalui akun jejaring sosial pribadi ketiganya dan akun
Instagram khusus @semarangparty. Respons yang mereka terima ternyata
cukup baik.
‘’Alhamdulillah
udah ada sekitar 15 permintaan sih, tapi belum bisa kami tangani semua
karena kami harus menyesuaikan dengan jadwal kuliah juga,’’ jelas Tari
yang mengemban tugas untuk urusan pemasaran.
Pertama
Itu Susah, The first time is always the hardest. Kutipan dari novel
Dark Goddess itu pas untuk menggambarkan pengalaman ketiganya ketika
menangani partner pertama mereka.
Saat
itu mereka mendapat pesanan untuk acara perayaan sepasang kekasih di
sebuah kafe di kawasan Tanah Putih, Kota Semarang. Setengah jam sebelum
acara, ketiganya sudah berada di tempat untuk mendekorasi. Debby sebagai
tim kreatif masih harus ke Simpanglima untuk mengambil pesanan balon.
Ditemani
Monti, mereka berdua pun berangkat menggunakan motor. Akan tetapi
ternyata, Kota Semarang yang biasanya terik, memasuki bulan Oktober
mulai diguyur hujan lebat. Akhirnya keduanya pun menerjang hujan dari
Simpanglima ke lokasi dengan membawa-bawa balon.
‘’Dari
10, balonnya hilang dua! Tapi kami senang-senang aja sih. Malah di atas
motor tuh kami berdua ketawa-ketawa,’’ kenang Monti. Acara inti
berjalan dengan lancar dan mendapat respons positif dari konsumen.
Semenjak
itu mereka belajar untuk lebih mematangkan lagi persiapan agar bisa
lebih efektif dan efisien dalam bekerja. Ya, mempunyai hobi yang bisa
dijadikan sumber pencetak uang tentunya jadi impian setiap orang. Begitu
juga dengan ketiga gadis tersebut.
‘’Maka
kami menjalankan usaha ini secara enjoy, karena tujuan utamanya bukan
uang melainkan penyaluran hobi. Mau repot keliling pasar cari
pernak-pernik atau hujan-hujanan sampai basah kuyup, ya hepi aja!’’ ujar
Tari. (*)