Gunung Kunyit (ist) |
MEDIA ONLINE – Debu tebal dan pekat yang beterbangan disebabkan hilir-mudiknya puluhan truk tronton yang mengangkut tanah untuk reklamasi pantai Teluk Lampung di Gunung Kunyit, sepanjang Jalan Yos Sudarso, Bumi Waras, Bandar Lampung dikeluhkan warga setempat. Rumah dan jalanan kotor, bahkan warga terserang penyakit pernafasan.
“Debunya sudah nggak ketulungan.
Tebal betul. Satu centimeter mungkin ada. Makanya pedagang kue basah di
dekat sini mengeluh, makanannya kotor, berdebu,” kata Ucok, warga yang
tinggal tepat di depan area reklamasi tersebut, Minggu (1/5/2016).
Menurut pemilik bengkel dan warung itu, akibatnya banyak warga yang terserang penyakit sesak napas. Apalagi anak-anak yang terbiasa bermain di luar rumah. Hal ini diperparah turunnya hujan yang mengguyur wilayah sekitar, hingga menyebabkan jalanan licin dan becek dari tanah liat yang dibawa puluhan truk tronton.
Juru parkir Terminal Sukaraja, Sulaiman mengatakan, debu setebal satu centimeter itu terjadi hingga wilayah Panjang. Untuk protes, dia dan warga mengaku tak berani karena banyak preman yang mem-backing proyek reklamasi itu.
Menurut pemilik bengkel dan warung itu, akibatnya banyak warga yang terserang penyakit sesak napas. Apalagi anak-anak yang terbiasa bermain di luar rumah. Hal ini diperparah turunnya hujan yang mengguyur wilayah sekitar, hingga menyebabkan jalanan licin dan becek dari tanah liat yang dibawa puluhan truk tronton.
Juru parkir Terminal Sukaraja, Sulaiman mengatakan, debu setebal satu centimeter itu terjadi hingga wilayah Panjang. Untuk protes, dia dan warga mengaku tak berani karena banyak preman yang mem-backing proyek reklamasi itu.
“Takut
diapa-apain. Namanya orang berduit. Makanya kita betul-betul minta agar
pemerintah kasih solusi,” harapnya, seperti dilansir lampungonline.id.
Ketua RT 10 Sukaraja Andrian mengatakan pihaknya akan melaporkan hal ini kepada Wali Kota Bandar Lampung Herman HN. Apalagi aktivitas dari truk tersebut dilakukan selama satu hari penuh setiap harinya.
“Bukan hanya orang dewasa dan pedagang yang jadi korban, tapi juga anak-anak. Apalagi daerah kita ini didominasi anak-anak kecil. Jadi kita minta pemerintah memperhatikan nasib kami di sini,” tegasnya.
Pantauan di lokasi, lahan reklamasi yang diperuntukan menjadi Water Front City tersebut masih belum terlihat hasilnya. Puluhan gundukan tanah liat besar jadi pemandangan di lahan reklamasi, yang digarap PT Wisata Teluk Lampung (WTL). Menurut informasi warga sekitar, PT WTL akan membangun menara setinggi 100 meter.
Namun pihak perwakilan PT WTL, Bambang belum dapat dikonfirmasi. Tapi sejumlah pekerja di lapangan, seperti Suyadi, membantah jika aktivitasnya menyebabkan polusi. Dia berdalih, polusi itu lantaran kondisinya memang dekat jalan utama yang dilalui kendaraan besar.
“Wajar kalau banyak debu. Memang debunya dari kita? Kan kendaraan yang lewat mayoritas kendaraan besar. Ya intinya tiap kendaraan yang lewat pasti bawa debu. Masa kita yang dituduh?” kilah dia. (*)
Ketua RT 10 Sukaraja Andrian mengatakan pihaknya akan melaporkan hal ini kepada Wali Kota Bandar Lampung Herman HN. Apalagi aktivitas dari truk tersebut dilakukan selama satu hari penuh setiap harinya.
“Bukan hanya orang dewasa dan pedagang yang jadi korban, tapi juga anak-anak. Apalagi daerah kita ini didominasi anak-anak kecil. Jadi kita minta pemerintah memperhatikan nasib kami di sini,” tegasnya.
Pantauan di lokasi, lahan reklamasi yang diperuntukan menjadi Water Front City tersebut masih belum terlihat hasilnya. Puluhan gundukan tanah liat besar jadi pemandangan di lahan reklamasi, yang digarap PT Wisata Teluk Lampung (WTL). Menurut informasi warga sekitar, PT WTL akan membangun menara setinggi 100 meter.
Namun pihak perwakilan PT WTL, Bambang belum dapat dikonfirmasi. Tapi sejumlah pekerja di lapangan, seperti Suyadi, membantah jika aktivitasnya menyebabkan polusi. Dia berdalih, polusi itu lantaran kondisinya memang dekat jalan utama yang dilalui kendaraan besar.
“Wajar kalau banyak debu. Memang debunya dari kita? Kan kendaraan yang lewat mayoritas kendaraan besar. Ya intinya tiap kendaraan yang lewat pasti bawa debu. Masa kita yang dituduh?” kilah dia. (*)