Renungan dan Perdebatan Seputar Hari Musik Nasional - MEDIA ONLINE

Hot

Tuesday, March 10, 2015

Renungan dan Perdebatan Seputar Hari Musik Nasional


JAKARTA - Tiga tahun sudah tanggal 9 Maret diperingati sebagai Hari Musik Nasional. Namun hingga kini penetapan tanggal tersebut masih menjadi perdebatan. Tanggal 9 Maret dipilih sebagai Hari Musik Nasional bertepatan dengan hari lahir tokoh pencipta lagu wajib nasional 'Indonesia Raya', Wage Rudolf Supratman. Penetapan itu dikeluarkan SBY saat menjabat presiden Indonesia melalui Keppres Nomor 10 Tahun 2013.

Saat itu, Ketua Umum Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) Tantowi Yahya mengatakan bahwa usaha untuk mendapatkan legalitas Hari Musik Nasional telah dilakukan sejak 2003 di masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri.

Tanggal kelahiran WR Soepratman hingga kini masih diperdebatkan, karena ada pendapat yang menyatakan Soepratman dilahirkan pada tanggal 19 Maret 1903 di Dukuh Trembelang, Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Pendapat ini dikuatkan keputusan Pengadilan Negeri Purworejo pada 29 Maret 2007.

Dengan keluarnya Keppres penetapan Hari Musik Nasional diharapkan bisa meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi para insan musik Indonesia, serta untuk meningkatkan prestasi yang mampu mengangkat derajat musik Indonesia. Apalagi, musik merupakan bagian dari ekspresi budaya yang membawa karakter bangsa, seperti dilansir Detik, Selasa (10/3/2015).

Musik sangat dekat dengan budaya. Anda para penikmat musik era 90-an mungkin masih ingat dengan British Invasion yang dilakukan Oasis dan Blur sebagai band yang cukup berpengaruh menularkan Britpop hingga ke Indonesia. Karya mereka banyak menginspirasi band-band di Indonesia seperti Pure Saturday hingga Peterpan (sekarang bernama NOAH).

Satu dekade kemudian, giliran Negeri Ginseng yang menularkan budaya pop mereka ke seluruh dunia lewat boyband dan girlband-nya. Demam K-Pop pun melanda ribuan remaja Indonesia. Bahkan lima tahun belakangan konser K-Pop tak pernah absen digelar, dengan tiket yang hampir selalu ludes terjual.

Musisi Indonesia juga cukup berjaya di negeri tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam yang masih satu rumpun. Band seperti Sheila on 7, atau penyanyi Rossa memiliki basis penggemar cukup besar dan sering melakukan pertunjukan musik di sana. Atau Siti Nurhaliza yang merepresentasikan penyanyi Malaysia yang anggun dan berpenampilan baik.

Fakta tersebut membuktikan bahwa musik bukan sekadar hiburan, atau ekspresi dari perasaan lewat nada-nada yang indah didengar. Melalui musik, seseorang bisa menularkan budayanya yang kemudian ditiru oleh penggemar.

Lalu, apakah industri musik Indonesia sudah cukup kuat untuk masuk ke dalam kultur pop hingga ke mancanegara? Yang pasti, sebagai langkah awal diperlukan upaya pemerintah untuk melindungi karya musisi dari segala bentuk pembajakan hingga roda industri bisa terus berputar. (*)


Post Top Ad