LAMPUNG -
Ironis sekali. Terkait pengusiran pasien miskin bernama Winda Sari (25)
dari Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM), Pemerintah
Provinsi (Pemprov) Lampung menganggap itu adalah persoalan kecil.
Instansi pemerintah itu menganggap hal tersebut bukan sesuatu masalah
yang besar.
“Hanya persoalan seperti itu, kan bisa dikomunikasikan ke asisten atau instansi terkait lainnya. Saya (sekretaris provinsi), gubernur, dan wakil gubernur banyak urusan besar yang harus diurusi. Saya bukan tidak mau mengomentari. Hanya saja, banyak hal lain yang harus saya urus,” tukas Sekretaris Provinsi Lampung Arinal Djunaidi saat dihubungi di Bandar Lampung, Senin (5/1/2015).
Sebaliknya, Arinal justru menyarankan pihak yang dihubungi ihwal pengusiran pasien itu adalah RSUDAM. Padahal, rumah sakit pemerintah itu sudah menggelar konferensi pers mengenai pengusiran Winda. “Kalau ada hal yang tidak sesuai dengan faktanya dan persoalannya tidak terselesaikan baru lapor ke kami,” ujar dia, seperti dilansir Dua Jurai.
Namun berbeda dengan Pemprov Lampung, pihak Kementerian Kesehatan justru akan menginvestigasi dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Lampung, terkait pengusiran pasien pemulung. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan, Murti Utami.
“Langkah awal, koordinasi. Supaya kami dapat informasi yang komprehensif soal ini,” kata Murti melalui sambungan telepon, Senin.
Sebelumnya, pihak RSUDAM Provinsi Lampung menggelar konferensi pers terkait pengusiran pasien miskin bernama Winda Sari. Direktur Utama RSUDAM Lampung, Heri Djoko Subandrio, berdalih pihaknya tidak mengantar pasien miskin Winda Sari, lantaran dia tidak mempunyai tempat tinggal. Itu sebabnya, pemulung yang diduga korban pengusiran tersebut diangkut pulang dengan gerobak sampah.
“Walaupun pakai mobil ambulans mau diantar ke mana? Mereka (Winda dan suaminya, Sagimin) kan tidak punya rumah,” kata dia, Senin.
Heri mengatakan, Winda datang berobat ke rumah sakit pemerintah itu dengan menumpang gerobak. Sebab itu, yang bersangkutan juga pulang dengan gerobak. “Rumah mereka juga mungkin digerobak buat mengangkut pasien itu,” ujar dia.
Diketahui, Winda menjalani perawatan di Ruang Anyelir RSUDAM sejak enam hari lalu. Dia menderita luka-luka di kakinya akibat ditabrak mobil. Meski belum sembuh, pihak rumah sakit meminta yang bersangkutan untuk meninggalkan ruangan, Minggu (4/1/2015). Akhirnya, Sagimin, sang suami, membawa pulang Winda dengan gerobak sampah.(*)
“Hanya persoalan seperti itu, kan bisa dikomunikasikan ke asisten atau instansi terkait lainnya. Saya (sekretaris provinsi), gubernur, dan wakil gubernur banyak urusan besar yang harus diurusi. Saya bukan tidak mau mengomentari. Hanya saja, banyak hal lain yang harus saya urus,” tukas Sekretaris Provinsi Lampung Arinal Djunaidi saat dihubungi di Bandar Lampung, Senin (5/1/2015).
Sebaliknya, Arinal justru menyarankan pihak yang dihubungi ihwal pengusiran pasien itu adalah RSUDAM. Padahal, rumah sakit pemerintah itu sudah menggelar konferensi pers mengenai pengusiran Winda. “Kalau ada hal yang tidak sesuai dengan faktanya dan persoalannya tidak terselesaikan baru lapor ke kami,” ujar dia, seperti dilansir Dua Jurai.
Namun berbeda dengan Pemprov Lampung, pihak Kementerian Kesehatan justru akan menginvestigasi dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Lampung, terkait pengusiran pasien pemulung. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan, Murti Utami.
“Langkah awal, koordinasi. Supaya kami dapat informasi yang komprehensif soal ini,” kata Murti melalui sambungan telepon, Senin.
Sebelumnya, pihak RSUDAM Provinsi Lampung menggelar konferensi pers terkait pengusiran pasien miskin bernama Winda Sari. Direktur Utama RSUDAM Lampung, Heri Djoko Subandrio, berdalih pihaknya tidak mengantar pasien miskin Winda Sari, lantaran dia tidak mempunyai tempat tinggal. Itu sebabnya, pemulung yang diduga korban pengusiran tersebut diangkut pulang dengan gerobak sampah.
“Walaupun pakai mobil ambulans mau diantar ke mana? Mereka (Winda dan suaminya, Sagimin) kan tidak punya rumah,” kata dia, Senin.
Heri mengatakan, Winda datang berobat ke rumah sakit pemerintah itu dengan menumpang gerobak. Sebab itu, yang bersangkutan juga pulang dengan gerobak. “Rumah mereka juga mungkin digerobak buat mengangkut pasien itu,” ujar dia.
Diketahui, Winda menjalani perawatan di Ruang Anyelir RSUDAM sejak enam hari lalu. Dia menderita luka-luka di kakinya akibat ditabrak mobil. Meski belum sembuh, pihak rumah sakit meminta yang bersangkutan untuk meninggalkan ruangan, Minggu (4/1/2015). Akhirnya, Sagimin, sang suami, membawa pulang Winda dengan gerobak sampah.(*)