Liput Musibah AirAsia, Wartawan MetroTV Dikecam - MEDIA ONLINE

Hot

Monday, December 29, 2014

Liput Musibah AirAsia, Wartawan MetroTV Dikecam


JAKARTA - Stasiun televisi swasta nasional, MetroTV, mendapat kecaman dari berbagai pihak, atas perbuatan salah seorang pewartanya yang terkesan memaksa mewawancarai keluarga korban Pesawat AirAsia QZ8501, Senin (29/12).

Kecaman datang dari sebagian besar pengguna dunia maya (netizen) yang menilai tindakan awak stasiun televisi milik Surya Paloh ini tidak etis dan tidak menunjukkan rasa empati.

Melalui media sosial Twitter, mereka mengutarakan kecaman terkait tindakan wartawan MetroTV yang berada di Bandara Juanda Surabaya. Wartawan tersebut dianggap tidak memiliki empati, karena memaksa wawancara kepada keluarga penumpang AirAsia QZ8501 yang masih shock dan menangis.

“Ini wartawan @metro_tv ga punya empati bngt sih, org lg sedih msh dicecar pertanyaan yg ga penting & maksa pula, ngeselin bgt,” kata pemilik akun “@uthera.

“Wartawan yg diturunkan dlm kejadian musibah dan bencana seyogyanya manusia yg punya sisi kemanusiaan bukan robot berita @Metro_TV,” sesal pemilik akun @Suminta.

“Tolong wartawan metrotv ini segera diberi sanksi PECAT aja sekalian. Tidak beradab tidak punya empati,” sesal pemilik akun @kroya_mds.

“Ini wartawan @Metro_TV kerabat penumpang nangis buang muka dr kamera sambil nelpon masih disorot, di close up terus diulang2! Kejam :(,” kata pemilik akun @moulysurya.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pun angkat bicara. Komisioner KPI Pusat bidang Pengawasan Isi Siaran, Agatha Lily mengimbau kepada seluruh stasiun televisi agar berempati terhadap keluarga korban Pesawat AirAsia QZ8501.

"Kami minta agar lembaga penyiaran tidak memaksa dan menekan keluarga korban untuk menjawab pertanyaan," ujarnya melalui pesan singkat kepada wartawan di Jakarta.

Dia menambahkan, berdasarkan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS), secara jelas telah diatur pedoman peliputan bencana  yang wajib dipatuhi semua lembaga penyiaran. "Imbauan ini kami sampaikan agar ditaati dengan penuh tanggung jawab," kata Lily, seperti dilansir skalanews.com.

Hal senada diungkapkan Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin. Dia mengatakan, sebagai media sudah sepantasnya memberikan rasa empati dengan tidak terlalu mengeksploitasi kesedihan keluarga agar suasana duka itu tidak menjadi berlarut-larut dengan trauma yang mendalam.

"Jangan menambah atau memaksa keluarga korban untuk menjawab pertanyaan yang akan menambah rasa duka. Saya kira tidak etis ketika ada seseorang yang sedang menangis karena seluruh keluarganya hilang, lalu diwawancarai, apakah ibu sedih atau tidak," ungkap Hasanuddin kepada wartawan.

Dia juga mengingatkan, sebelum ada hasil investigasi resmi, lembaga penyiaran tidak mengumbar wawancara yang memunculkan ragam prediksi yang berbeda terkait dengan penyebab kecelakaan tersebut, terutama dari pendapat-pendapat yang mengatasnamakan pakar.

"Penyelidikan dan invstigasi akan dilakuakn secara resmi oleh pihak berwenang dan kita harus bersabar menunggu, sampai ada kepastian masalah itu," tegasnya. (*)

Post Top Ad