Foto: BBC World |
MEDIA ONLINE - Saat ini, ada 10 WNI berada di bawah kuasa kelompok Abu Sayyaf. WNI ini disandera dan untuk membebaskannya mesti membayarkan tebusan.
Kisah penyanderaan WNI ini seperti tak surut. Setelah belasan WNI dibebaskan, kini malah berlanjut lagi. Dikhawatirkan WNI akan menjadi incaran.
Banyak yang menduga WNI diincar menyusul pembebasan belasan WNI yang kabarnya diiringi dengan pembayaran uang. Cerita tebusan WNI ini konon menyebar di kalangan penyandera di kelompok faksi-faksi Abu Sayyaf dan Al Habsy.
Dua kelompok ini yang biasanya mengklaim melakukan pembajakan. Walau sebenarnya yang menyandera bisa saja kelompok lain yang lebih kecil, lalu meminjam nama salah satu dari kelompok itu dengan membayar 'royalti' yang uangnya dari uang tebusan yang dibayarkan. Atau bisa juga sandera 'dijual' ke kedua kelompok itu.
Dahulu WNI bukan salah satu incaran mengingat hubungan Indonesia dan Filipina Selatan. Tapi itu dahulu, kini motif ekonomi benar-benar mendasari penyanderaan, kelompok-kelompok penculik ini butuh uang. Mudah didapat ya dengan mengambil WNI, apalagi tekanan publik amat besar di Indonesia untuk pembebasan.
Soal motif ekonomi ini tidak ditampik Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
"Kenapa selalu Indonesia yang diculik? Ini kapal-kapal Malaysia, mencari ikan di Malaysia, WNI kerja legal di sana. Diambil yang mempunyai passpor Indonesia, saya tanya ada apa ini? Saya katakan tadi mungkin kita terlalu persuasif. Mungkin alasan ekonomi atau alasan yang lain lagi. Ini harus kita analisa dengan benar," ujar Gatot seusai rapat di kantor Menko Polhukam Jl Medan Merdeka Barat, Senin (11/7/2016).
Dari dua penyenderaan yang terakhir, para penyandera memang menanyakan warga kewarganegaraan. Dan ketika ada yang membawa paspor WNI lengkap, mereka yang dibawa dan disandera.
"Suasana yang sangat saya sesalkan adalah mereka memilih, di dalam kapal nelayan itu ada tujuh, dicek semuanya yang punya paspor Indonesia ini yang diculik. Ada apa sebenarnya Abu Sayyaf dengan Indonesia?" kata Gatot usai menghadiri halal bi halal, seperti dilansir Detik.
Gatot menepis anggapan bahwa pembebasan WNI dari kelompok Abu Sayyaf selama ini pakai uang tebusan dari negara. Tetapi Gatot tak bisa mengonfirmasi apakah pihak swasta melakukan pembayaran.
"Ya bisa saja (swasta bayar), kalau kita menjadi sapi perah, mungkin suatu saat Abu Sayyaf datang ke sini. Makanya jangan mau jadi bangsa sapi perah," ucap Gatot.
Namun seperti disampaikan Menlu Retno Marsudi, Indonesia akan berupaya dengan segala cara melindungi WNI, termasuk melakukan pembebasan. Tapi cara apa yang ditempuh?
"Khusus kepada Filipina kita minta upaya keras agar segera dapat melakukan pembebasan warga kita. Penekanan penyelamatan sandera prioritas kita," sambung Retno. (*)