Hery Suliyanto |
LAMPUNG - Pengamat pendidikan Lampung, Agus Pahrudin menilai pelaksanaan ujian nasional (UN) secara online tahun ini dipaksakan. Siswa yang belum siap atau gagap teknologi bisa gagal meskipun menguasai materi yang diujikan.
“Saya menyayangkan pemerintah terburu-buru melaksanakan UN online. Ini seperti trial and error. Dalam kondisi ini siswa menjadi pihak yang dirugikan,” kata Agus, Senin (6/4/2015).
Sama seperti kurikulum 2013, lanjut dia, pemerintah terburu-buru meluncurkan program dan kebijakan baru yang belum matang. Hasilnya, kini ada penundaan implementasi. Sama halnya dengan UN online yang belum diujicobakan dan disosialisasikan. Jika gagal, kerugian yang ditanggung bisa dua kali lipat. Ia menyarankan UN online diselenggarakan tahun depan. Tahun ini sebaiknya dipakai untuk uji coba.
“Konteks UN adalah evaluasi kompetensi siswa di akhir pendidikan. Seharusnya UN online di beberapa sekolah piloting hanya uji coba, jangan menjadi UN sesungguhnya agar kompetensi siswa benar-benar terukur,” kata Agus.
Diketahui, pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkan 14 sekolah di Lampung melaksanakan ujian nasional (UN) secara online. Namun, penyelenggaraan UN menggunakan komputer terkesan dipaksakan. Terlihat dari beberapa indikator pendukung sebelum pelaksanaannya yang bakal berlangsung pada 13-19 April untuk SMA dan SMP 4-6 Mei.
Hal itu mulai dari belum banyaknya sekolah yang mengadakan uji coba UN online, aplikasi soal yang sulit diunduh (download), penghapusan sekolah penginduk, minimnya siswa yang menguasai teknologi, dan lain-lain.
Untuk uji coba UN misalnya. Kalaupun ada hasil uji coba, nilai kelulusannya masih rendah. Itu yang terjadi dalam uji coba UN online di SMK Gajahmada, Bandar Lampung.
“Iya kami sudah lakukan uji coba UN online. Dari 188 siswa, yang lulus hanya 40 persen," kata Wakil Kepala SMK Gajahmada Bandar Lampung Bidang Kurikulum, Dewa Kadek Arta.
Tak hanya hasil uji coba UN online rendah, aplikasi soal dari Pusat Penilaian Pendidikan Kemendikbud juga sulit diunduh.
"Aplikasi programnya ribet banget, kami coba selalu gagal," kata pengawas SMAN 2 Bandar Lampung, Supanto.
Aspek eksternal juga menghambat pelaksanaan UN online. Salah satunya pemadaman listrik yang bisa mengakibatkan server terganggu.
Kepala SMAN 9 Bandar Lampung Hendro Suyono mengaku waswas dengan pemadaman listrik yang kemungkinan terjadi. Ia pun meminta pihak dinas benar-benar memastikan tidak terjadi pemadaman listrik selama ujian berlangsung.
Belum lagi dihapuskannya sekolah penginduk, di antaranya SMA Ar Raihan dengan SMAN 9 Bandar Lampung serta SMA Global Mandiri dan SMA Tunas Mekar Indonesia (TMI) ke SMAN 2 Bandar Lampung, juga menimbulkan polemik baru. Pengawas SMAN 9 Bandar Lampung, Ichsan Tito, menuturkan baru mengetahui hal itu dua minggu menjelang pelaksanaan UN online.
“Banyak peserta (sekolah gandengan, red) yang bertanya tentang mekanisme pelaksanaan ujian untuk sekolah subrayon. Awalnya boleh ikut, ternyata setelah dikonfirmasi ke pusat tidak bisa," katanya, seperti dilansir Lampost.
Namun, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung Hery Suliyanto menganggap berbagai kendala itu merupakan hal lumrah. Hanya sebagai bentuk penyesuaian dari UN konvensional ke sistem komputerisasi. Dia pun membantah kesulitan ini sebagai bentuk pemaksaan UN online pusat ke daerah.
“Ini kan tahun pertama pelaksanaan, tentu tidak mulus toh. UN online itu lebih efektif dan menghemat anggaran. Para siswa juga lebih mudah mengerjakan soal dan mempersempit ruang lingkup terjadinya kebocoran soal dan LJUN,” kata Hery. (*)