Warga Lampung Diberi Ginjal Terpidana Mati Nusakambangan - MEDIA ONLINE

Hot

Wednesday, March 11, 2015

Warga Lampung Diberi Ginjal Terpidana Mati Nusakambangan

Raheem Agbaje Salami

CILACAP - Seo­rang warga Desa Welahan Wetan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Sona Suratman (36), siap menerima ginjal yang akan didonorkan terpidana mati warga negara Nigeria Raheem Agbaje Salami setelah dieksekusi kelak. Nanti ginjal itu akan diberikan kepada kakak Sona, Murjilah (43), yang tinggal di Ka­bupaten Way Kanan, Provinsi Lampung.

“Saya dapat informasi dari televisi, kalau ada terpidana mati yang akan mendonorkan gin­jalnya untuk yang mem­butuhkan. Jadi saya beri­nisia­tif ke sini untuk mencari kuasa hukum terpidana mati itu,” kata Sona kepada wartawan di Der­maga Wija­yapura (tempat pe­nye­berangan khusus Pulau Nusa­­ka­m­bangan, red), Cila­cap, Selasa (10/3/2015).

Ia mengaku telah bertemu salah seorang anggota tim kuasa hukum terpidana mati Raheem, Ursa Supit, pada hari Senin (9/3/2015) lalu, untuk me­nyam­paikan keinginannya guna men­dapatkan ginjal itu.

“Kakak saya terdeteksi menderita gagal ginjal sejak tiga-empat bulan lalu. Dia harus cuci darah dua kali dalam seminggu di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM), Lampung, yang berjarak sekitar 500 ki­lometer dari rumahnya,” kata pria yang akrab dipanggil Alan itu.

Kendati cuci darah itu gratis karena menggunakan layanan jaminan kesehatan masyarakat, dia mengatakan bahwa ka­kaknya terbebani oleh biaya perjalanan dari rumah ke rumah sakit, karena harus menyewa mobil dengan harga Rp800 ribu hingga Rp1 juta sekali jalan. Padahal, kata dia, suami Mur­jilah, Tumijo (47), hanya seo­rang petani dengan peng­hasilan yang minim.

“Sebagian tanah dan harta bendanya telah dijual untuk kebutuhan Murjilah. Saat ini yang tersisa hanya satu petak tanah dan rumah yang mereka huni,” katanya, seperti dilansir Harianhaluan.

Lebih lanjut, dia meng­harapkan ginjal yang akan didonorkan Raheem cocok dengan Murjilah. Akan tetapi jika eksekusi terhadap Raheem tidak jadi dilaksanakan, dia meng­ha­rapkan pemerintah mem­be­rikan fasilitas cuci darah di rumah sakit terdekat, agar Mur­jilah tidak perlu menjalani perawatan di Bandar Lampung.

Sementara itu, Ursa Supit mengaku telah mendengar cerita tentang Murjilah dari Alan. 

“Kami akan komuni­ka­sikan dulu dengan Raheem, dan koordinasikan dengan pihak terkait,” kata dia yang juga pegiat hak asasi manusia. Ia mengakui bahwa Ra­heem telah menyampaikan keinginannya untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain, dengan menyum­bangkan organ tubuhnya sete­lah dieksekusi mati. (*)

Post Top Ad