JAKARTA - Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menilai, langkah Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengumbar percakapannya dengan Presiden Jokowi di media massa sebagai wujud politik adu domba.
"PM Tony Abbott telah melakukan politik adu domba antara Presiden dan rakyat Indonesia," kata Hikmahanto melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (26/2/2015).
Sebelumnya, Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengungkap percakapannya dengan Presiden RI Jokowi kepada media Australia. Percakapan itu terkait hubungan kedua negara di tengah wacana pelaksanaan hukuman mati terhadap dua warga Australia yang terjerat kasus narkoba di Tanah Air.
Dalam pernyataan di depan media Australia, Abbott mengungkapkan bahwa Presiden Jokowi saat ini secara hati-hati mempertimbangkan posisi Indonesia, terkait hukuman mati itu. Meski demikian, dia juga mengatakan bahwa hal ini bukan berarti suatu harapan agar dua warganya tidak menjalani hukuman mati.
Hikmahanto menekankan, apabila langkah Abbott mengumbar percakapannya dengan Jokowi di media Australia dilakukan dengan desain kesengajaan, maka hal itu dapat menjadi tindakan tidak terpuji yang dilakukan oleh PM Tony Abbott untuk menyelamatkan nyawa dua warganya.
Dia menegaskan, Abbott seharusnya tidak mengumbar percakapannya dengan Jokowi terkait hukuman mati dua warga Australia karena hal itu hanya akan menimbulkan kegaduhan di Indonesia. Atas langkah Abbott itu, publik di Indonesia bisa saja marah kepada Presiden Jokowi karena seolah Presiden hendak mengubah keputusannya untuk melaksanakan hukuman mati.
"Padahal publik Indonesia telah mendukung sikap Presiden untuk melaksanakan hukuman mati karena Indonesia sedang menghadapi darurat narkoba. Publik juga mendukung karena Pemerintah Australia dan Brasil dalam menjalankan kewajibannya melindungi warganya terkesan melakukan intervensi terhadap kedaulatan Indonesia," kata dia, seperti dilansir Kompas.
Hikmahanto memandang, pernyataan Abbott itu telah memosisikan Presiden Jokowi berhadap-hadapan dengan publik Indonesia bak mengadu domba. (*)