Menristek Dikti, M Nasir (kedua dari kiri). (ist) |
LAMPUNG - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) M Nasir mengunjungi Universitas Malahayati (Unimal) Lampung di Bandar Lampung, hari ini, Sabtu (28/2/2015). Kunjungan itu dalam rangka meresmikan gedung perpustakaan Universitas Malahayati, yang merupakan salah satu universitas swasta terbesar di Provinsi Lampung.
Rombongan menteri disambut ribuan anak yatim piatu anak-anak panti asuhan di Graha Bintang Universitas Malahayati Bandar Lampung. Dalam sambutannya, Nasir memberikan semangat kepada anak anak yatim piatu untuk tetap semangat belajar dan meneruskan pendidikan hingga ke perguruan tinggi.
"Pesan ke rektor untuk membina hubungan baik dengan anak-anak yang kurang beruntung yang menjadi aset ke depan bangsa kita," kata Nasir dalam pidatonya. Nasir menegaskan bahwa pemerintah selalu berkomitmen penuh terhadap pendidikan anak anak Indonesia dengan memberikan beasiswa penuh, seperti dilansir Viva.
Masuk Top Dunia
Sebelumnya, Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Menristek Dikti) M. Nasir terus mengupayakan memotong stigma perbedaan diantara Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Dalam kunjungannya ke Universitas Jember, Jawa Timur, Nasir menyatakan bahwa saat ini perguruan tinggi tidak ada lagi dikotomi, baik yang berlabel negeri maupun swasta.
"Ini dimaksudkan agar semua perguruan tinggi memiliki kesempatan yang sama dan saling berlomba dalam hal berkembangan pendidikan tinggi," ungkap Nasir berdasarkan keterangan yang diterima, Minggu (18/1/2015) lalu.
Bukti tidak adanya dikotomi ini, tambah Nasir, dia telah membubarkan Kopertis yang selama ini menangani PTS yang kemudian akan bertranformasi menjadi lembaga baru bernama Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLPT). Dengan lahirnya lembaga tersebut, ia berharap perguruan tinggi yang sudah maju bisa menjadi daya ungkit bagi yang masih berkembang.
"Jangan sampai jarak antara perguruan tinggi yang sudah maju dengan yang masih berkembang terlampau jauh. Perguruan tinggi yang sudah maju harus membantu yang masih berkembang, agar pendidikan tinggi kita merata," cetusnya.
Selain itu, mantan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro ini telah menyiapkan skenario kedepannya, untuk perguruan tinggi yang sudah maju maupun yang baru berkembang.
"Jadi, perguruan tinggi yang sudah maju harus menjadi perguruan tinggi top world. Sementara, perguruan tinggi yang masih berkembang akan menjadi perguruan tinggi yang maju di Indonesia," ucapnya.
Terkait penelitian, ia mengungkapkan bahwa penelitan di Indonesia seharusnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
"Para peneliti sebaiknya memahami apa kebutuhan masyarakat, sehingga hasil penelitiannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Nasir. (*)