LAMPUNG - Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) Lampung diduga mengusir seorang pasien tidak mampu bernama Winda Sari (25) dari ruang perawatan. Pasien itu kemudian dibawa pulang oleh keluarganya dengan menggunakan gerobak sampah, Minggu (4/1/2015).
Winda Sari yang sehari-hari menjadi pemulung di Bandar Lampung itu, dirawat di Ruang Anyelir RSUDAM sejak enam hari lalu. Ia menderita luka-luka di kakinya akibat ditabrak mobil. Meski belum sembuh, Minggu sore pihak rumah sakit meminta keluarganya membawa pulang Winda Sari.
Sagimin, ayah Winda Sari, mengatakan, dirinya tidak memiliki uang untuk membayar biaya pengobatan anaknya di RSUDAM Lampung. Meski demikian, menurut Sagimin, seharusnya pihak RSUDAM tidak meminta anaknya untuk pulang karena kondisinya belum sembuh.
“Mereka tidak punya perasaan, mentang-mentang kami orang jalanan dan tidak memiliki tempat tinggal, mereka seenaknya menyuruh kami ke panti sosial. Kalau rumah sakit bukan panti sosial kata mereka,” ujar Sagimin.
Dia menuturkan, selama anaknya di rawat di rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Lampung itu, jarang diberi makan. “Nasi untuk makan anak saya belum diganti dari kemarin,” ungkap Sagimin dengan mata berkaca-kaca. Sagimin mengaku kecewa dengan pelakuan perawat di Ruang Anyelir.
“Mengapa perlakuan mereka seperti itu. Harusnya mereka mengerti dan paham keadaan orang seperti saya ini. Janganlah diusir seperti ini, mereka tidak punya perasaan,” ujar Sagimin, saat ditemui di sekitar RSUDAM, sembari mendorong gerobak yang mengangkut anaknya.
Sagimin mengatakan, saat membawa berobat anaknya ke RSUDAM, dirinya tidak memiliki kartu kesehatan apapun. Ia juga mengaku tidak memiliki kartu tanda penduduk (KTP) atau identitas lainnya.
Winda Sari yang sehari-hari menjadi pemulung di Bandar Lampung itu, dirawat di Ruang Anyelir RSUDAM sejak enam hari lalu. Ia menderita luka-luka di kakinya akibat ditabrak mobil. Meski belum sembuh, Minggu sore pihak rumah sakit meminta keluarganya membawa pulang Winda Sari.
Sagimin, ayah Winda Sari, mengatakan, dirinya tidak memiliki uang untuk membayar biaya pengobatan anaknya di RSUDAM Lampung. Meski demikian, menurut Sagimin, seharusnya pihak RSUDAM tidak meminta anaknya untuk pulang karena kondisinya belum sembuh.
“Mereka tidak punya perasaan, mentang-mentang kami orang jalanan dan tidak memiliki tempat tinggal, mereka seenaknya menyuruh kami ke panti sosial. Kalau rumah sakit bukan panti sosial kata mereka,” ujar Sagimin.
Dia menuturkan, selama anaknya di rawat di rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Lampung itu, jarang diberi makan. “Nasi untuk makan anak saya belum diganti dari kemarin,” ungkap Sagimin dengan mata berkaca-kaca. Sagimin mengaku kecewa dengan pelakuan perawat di Ruang Anyelir.
“Mengapa perlakuan mereka seperti itu. Harusnya mereka mengerti dan paham keadaan orang seperti saya ini. Janganlah diusir seperti ini, mereka tidak punya perasaan,” ujar Sagimin, saat ditemui di sekitar RSUDAM, sembari mendorong gerobak yang mengangkut anaknya.
Sagimin mengatakan, saat membawa berobat anaknya ke RSUDAM, dirinya tidak memiliki kartu kesehatan apapun. Ia juga mengaku tidak memiliki kartu tanda penduduk (KTP) atau identitas lainnya.
“Saya memang tidak punya rumah, tidak punya kartu kesehatan, tapi masa' diusir seperti itu. Saya juga warga negara Indonesia,” keluhnya. Sagimin menuding perawat di Ruang Anyelir RSUDAM Lampung telah berbuat semena-mena dan tidak manusiawi terhadap orang miskin.
Winda Sari mengaku diperlakukan semena-mena selama enam hari dirawat di rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Lampung itu.
“Satu hari ini saya belum diberi makan oleh perawat. Tadi untung ada orang yang berbaik hati memberi saya mie ayam,” ujar Winda Sari sembari menangis.
Winda Sari mengaku diperlakukan semena-mena selama enam hari dirawat di rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Lampung itu.
“Satu hari ini saya belum diberi makan oleh perawat. Tadi untung ada orang yang berbaik hati memberi saya mie ayam,” ujar Winda Sari sembari menangis.
Winda Sari kini terkatung-katung. Keluarganya yang hidup menggelandang terus membawanya melintasi jalan Teuku Umar, Bandar Lampung. Dari pantauan, nampak Sagimin, ayah Winda Sari, terus mendorong gerobak yang mengangkut anak perempuanya menyusuri pinggiran jalan Teuku Umar. Di dalam gerobak sampah, Winda Sari hanya bisa terbaring lemah karena luka di kakinya belum sembuh. Sesekali, Sagimin yang dibantu rekannya mendorong gerobak, berhenti karena kecapaian.
Yuli (38), kerabat Winda Sari mengatakan, saudaranya menderita selama enam hari dirawat di rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Lampung itu.
“Ini perbannya baru diganti tadi pagi setelah enam hari dirawat di RSUDAM,” ujar Yuli di Jalan Teuku Umar, Bandar Lampung.
Yuli mengaku pasrah saudaranya diminta pulang oleh perawat RSUDAM, daripada dirawat, namun tidak diperlakukan dengan baik. “Lukanya juga tidak diurus. Mau bagaimana lagi, kami orang miskin,” keluh Yuli.
Dia juga merasa heran dengan perkataan perawat ruang Anyelir RSUDAM Lampung yang meminta Winda Sari dibawa ke dinas sosial. “Ini orang sakit kok dibawa ke dinas sosial. Daripada saudara saya mati di rumah sakit karena tidak dirawat, mending mati di pinggir jalan, itu lebih terhormat,” pungkasnya.
Yuli (38), kerabat Winda Sari mengatakan, saudaranya menderita selama enam hari dirawat di rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Lampung itu.
“Ini perbannya baru diganti tadi pagi setelah enam hari dirawat di RSUDAM,” ujar Yuli di Jalan Teuku Umar, Bandar Lampung.
Yuli mengaku pasrah saudaranya diminta pulang oleh perawat RSUDAM, daripada dirawat, namun tidak diperlakukan dengan baik. “Lukanya juga tidak diurus. Mau bagaimana lagi, kami orang miskin,” keluh Yuli.
Dia juga merasa heran dengan perkataan perawat ruang Anyelir RSUDAM Lampung yang meminta Winda Sari dibawa ke dinas sosial. “Ini orang sakit kok dibawa ke dinas sosial. Daripada saudara saya mati di rumah sakit karena tidak dirawat, mending mati di pinggir jalan, itu lebih terhormat,” pungkasnya.
Perawat Ancam Wartawan
Terpisah, dua perawat yang bertugas di Ruang Anyelir RSUDAM Lampung membantah pihaknya mengusir pasien miskin bernama Winda Sari. Mereka mengatakan, Winda sudah sembuh dan memang seharusnya dibawa pulang dari rumah sakit.
“Pasien itu sudah sembuh, jadi kami persilakan pulang,” terang dua orang perawat di Ruang Anyelir RSUDAM Lampung, Minggu sore. Ketika dikonfirmasi mengenai dugaan tindakan semena-mena terhadap Winda Sari, dua perawat itu kembali menegaskan bahwa pasien tersebut sudah sembuh dan tidak ada pengusiran.
Dua perawat RSUDAM juga marah kepada pewarta yang mencoba mengonfirmasi mengenai dugaan pengusiran terhadap pasien tidak mampu, Winda Sari. Mereka bahkan sempat menyita telepon genggam milik salah seorang pewarta.
“Pasien itu sudah sembuh, jadi kami persilakan pulang,” terang dua orang perawat di Ruang Anyelir RSUDAM Lampung, Minggu sore. Ketika dikonfirmasi mengenai dugaan tindakan semena-mena terhadap Winda Sari, dua perawat itu kembali menegaskan bahwa pasien tersebut sudah sembuh dan tidak ada pengusiran.
Dua perawat RSUDAM juga marah kepada pewarta yang mencoba mengonfirmasi mengenai dugaan pengusiran terhadap pasien tidak mampu, Winda Sari. Mereka bahkan sempat menyita telepon genggam milik salah seorang pewarta.
“Jangan direkam! Awas kalau direkam, saudara saya banyak yang bekerja di
media. Awas kalau direkam!” ancam salah satu perawat yang mengenakan
kerudung hijau tua itu. Nampak salah satu perawat di Ruang Anyelir panik
mencari wartawan yang hendak memberitakan dugaan pengusiran pasien
tersebut. Mereka kemudian menyuruh wartawan menghadap ke ruangan dan
memberikan penjelasan.
“Harusnya ngomong ke kami, apa yang mau ditanyakan. Kalau mau lebih jelas ke bagian humas saja besok pagi,” tukas perawat tersebut, seperti dilansir duajurai.com.
“Harusnya ngomong ke kami, apa yang mau ditanyakan. Kalau mau lebih jelas ke bagian humas saja besok pagi,” tukas perawat tersebut, seperti dilansir duajurai.com.
Sementara, Direktur Utama Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUDAM) Lampung Heri Joko Subandrio mengaku belum mengetahui informasi, soal pengusiran pasien dari Ruang Anyelir.
“Saya baru dengar ini. Besok saya cek. Terima kasih informasinya,” kata dia, Minggu malam. Heri mengatakan, kecil kemungkinan pihak rumah sakit meminta pasien miskin untuk pulang. Sebab, rumah sakit pelat merah ini memiliki dana untuk merawat orang miskin.
“Dananya ada kok, makanya heran juga saya kalau ada pasien sampai diminta pulang,” ujarnya. (*)