Harga Mahal, Industri Lampung Kurangi Konsumsi Cabai - MEDIA ONLINE

Hot

Monday, January 5, 2015

Harga Mahal, Industri Lampung Kurangi Konsumsi Cabai


LAMPUNG - Masih mahalnya harga berbagai jenis cabai, mengakibatkan masyarakat dan kalangan industri kecil skala rumah tangga di Provinsi Lampung, mengurangi penggunaan/konsumsi komoditas tersebut. Sejumlah pedagang makanan ringan, seperti tahu goreng, tempe goreng, martabak telur, empek-empek, kerupuk kemplang, pedagang bakso dan warga masyarakat biasa yang dihubungi secara terpisah di Bandar Lampung, mengatakan, mereka sengaja mengurangi penggunaan cabai tersebut.

"Sekarang pembelian cabai, terutama cabai rawit dikurangi, kalau tidak ya dagangan bisa rugi," kata pedagang tahu goreng di Bandar Lampung, Yanto (45), Minggu (4/1/2014).

Harga cabai merah besar di pasaran Bandar Lampung, seperti di Pasar Gotongroyong dalam sepekan terakhir umumnya masih bertahan tinggi, yaitu cabai merah besar Rp80.000/Kg, dan cabai rawit sekitar Rp60.000/Kg hingga Rp70.000/Kg. Sementara bawang merah relatif stabil di 18.000/Kg, dan bawang putih Rp15.000/Kg.

Namun harga itu di luar kota lebih tinggi lagi, misalnya di Piabung, Kecamatan Padangcermin, Kabupaten Pesawaran, sekitar 50 Km sebelah barat daya Kota Bandar Lampung, cabai merah besar sampai Rp90.000 dan cabai rawit Rp80.000.

"Sejak menjelang tahun baru, harga cabai di sini masih mahal, akibatnya penggunaan agak dikurangi," kata seorang pedagang mie ayam di Piabung, Ny Sujono.

Warga Kampungbaru, Kecamatan Marga Punduh, Kabupaten Pesawaran (60 Km dari Bandar Lampung), Ny Idawati bahkan mengeluh, ketika membeli cabai rawit di warung sangat mahal.

"Harga cabai rawit di sini mahal sekali Pak, ibaratnya beli cabai lima ribu rupiah untuk membuat sambal hanya dapat lima biji," katanya, seperti dilansir ciputranews.com.

Sementara pedagang tahu goreng di Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsuwu merubah cara atau menyiasati untuk mengurangi penggunaan cabai sebagai pelengkap barang dagangannya itu.

Jika biasanya setiap bungkus, keranjang, atau kemasan tahu goreng dagangannya selalu dilengkapi bungkusan kecil cabai rawit utuh atau mentah, sejak harga cabai mahal diganti dengan cabai giling yang dibubuhi air, atau sambal matang yang dikemas dalam plastik kecil menyerupai cuka.

"Sekarang kita gak memakai cabai mentah dulu, soalnya harga cabai lagi mahal," kata pedagang tersebut.

Warga mengharapkan tingginya harga komoditas cabai itu segera teratasi agar tidak terlalu memberatkan.

Tinggingnya harga cabai itu, kata sejumlah pedagang, karena pasokan di pasaran berkurang, sementara permintaan terus meningkat sejak menjelang perayaan Natal 2014 dan menyambut Tahun Baru 2015.

"Sekarang sejak cabai mahal, tidak semua warung penjual sayuran di sini yang menjual cabai rawit, karena modalnya sudah besar sih," ujar seorang pedagang sayuran di kompleks perumahan di Pringsewu, Lampung.

Sebagai gambaran, menjelang hari-hari besar tahun 2014, Provinsi Lampung membutuhkan berbagai komoditas kebutuhan masyarakat, antara lain kacang tanah sekitar 8.087 ton, sementara persediaan hanya 2.339 ton. (*)


Post Top Ad