Ilustrasi watermark. © Kenstone6.net |
LAMPUNG - Ketika
apapun yang diunggah ke internet, maka antara sisi hak cipta dan
plagiat termasuk duplikat atau copy dapat dilakukan kapan saja, di mana
saja dan oleh siapa saja.
Terinspirasi
dari hal tersebut, seorang mahasiswa Institut Informatika dan Bisnis
(IBI) Darmajaya Lampung bernama Rian Yunandar ciptakan aplikasi yang
mampu melindungi hak cipta suatu citra digital dengan teknik
watermarking (citra tanda).
Menurut
Rian, teknik ini dapat dianggap sebagai sidik digital (digital
signature) dari pemilik sah atas produk multimedia tersebut.
Dia
mengemukakan bahwa makin berkembang teknologi informasi saat ini
memudahkan seseorang untuk melakukan pelanggaran hak cipta yang ditandai
dengan semakin mudah mengakses informasi dan mendapatkan data dari
dunia maya atau internet.
"Untuk
menanggulangi hal tersebut, saya mencoba menciptakan aplikasi proteksi
hak cipta menggunakan metode image blending dengan teknik citra gambar
yang tersembunyi dan tidak tersembunyi atau visible and nonvisible
watermaking. Metode ini disimulasikan dengan pencampuran nilai pixel
original image atau gambar asli dengan image mark, yaitu penanda gambar
dan mengkonversinya menjadi citra gambar," katanya, Kamis (20/3/2014).
Karyanya tersebut bermanfaat untuk dapat memberikan teknik proteksi hak cipta terhadap citra digital, citra gambar khususnya.
Citra
yang diproteksi diharapkan memiliki tingkat keamanan yang baik dan
mempunyai metode yang kuat untuk proses verifikasinya, katanya pula.
Pemberian
signature dengan teknik watermarking ini, kata Rian, diproses
sedemikian rupa sehingga informasi yang disisipkan tidak merusak data
digital yang dilindungi.
Karenanya,
lanjut pria kelahiran 30 Oktober 1992 ini, secara kasat mata orang
tidak menyadari kalau di dalam data multimedia tersebut terkandung lebel
kepemilikan pembuatnya.
"Permasalahan
pelanggaran kepemilikan hak cipta tidak akan pernah selesai jika tidak
dilengkapi dengan bukti otentik dari pemiliknya. Untuk itu, perlindungan
hak cipta dari suatu citra digital sangat diperlukan, dan aplikasi
proteksi hak cipta dengan teknik citra tanda ini diharapkan dapat
membantu masyarakat melindungi karya mereka dari plagiarisme," katanya,
seperti dilansir merdeka.com.
Beberapa
kelebihan aplikasi buatannya, dikatakan anak sulung dari dua saudara
ini, selain kapasitasnya yang lebih kecil, juga lebih simpel dan mudah
diakses oleh siapa pun, termasuk masyarakat awam.
"Hal yang terpenting, aplikasi ini tidak berbayar, semua orang bisa menggunakannya secara gratis," ujar Rian pula.
Dia
mengakui bahwa aplikasi proteksi hak cipta dengan teknik citra tanda
ini masih perlu perbaikan, khususnya dalam mengantisipasi serangan
watermax.
Berkaitan
hal ini, Rian menyatakan bahwa dirinya masih akan melanjutkan
penelitiannya agar aplikasi tersebut menjadi lebih baik dan metode yang
digunakan lebih canggih.
Rektor
IBI Darmajaya Dr. Andi Desfiandi, S.E., M.A., mengatakan, "Dalam hal
penelitian, mahasiswa IBI Darmajaya memang dituntut untuk kreatif dalam
menciptakan penemuan-penemuan baru." Diharapkan penemuan tersebut
nantinya dapat diimplementasikan dan bermanfaat bagi masyarakat.
"Baik
dosen maupun mahasiswa, kami mendorong mereka untuk aktif melakukan
penelitian. Selain mengembangkan keilmuan mereka, penelitian itu
diharapkan dapat menciptakan penemuan-penemuan baru yang nantinya bisa
bermanfaat bagi masyarakat. Kami sendiri berkomitmen untuk memfasilitasi
kebutuhan mahasiswa dan dosen dalam melakukan penelitian," kata Andi. (*)