Presiden Jokowi Minta Proyek Desa Tidak Dikontrakkan - MEDIA ONLINE

Hot

Monday, June 13, 2016

Presiden Jokowi Minta Proyek Desa Tidak Dikontrakkan

(ilustrasi/ist)

MEDIA ONLINE - Untuk mengatasi kesenjangan sosial, pemerintah telah mengalokasi anggaran sebesar Rp40 triliun, atau naik dua kali lipat dibanding anggaran tahun sebelumnya. Untuk itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap agar dana tersebut membuat perputaran ekonomi di desa jadi lebih baik.

“Ini dalam rangka agar supaya desa-desa bisa berkembang sehingga beliau mengharapkan proyek-proyek di desa itu jangan dikontrakkan tetapi betul-betul swadaya, swakelola, dan justru merekrut pekerja dari kalangan miskin yang selama ini nganggur, sehingga betul-betul perputaran ekonomi di desa itu lebih baik,” kata Ketua Umum Pengurus Besar Matla’ul Anwar (MA) Ahmad Sadeli Seperti melansir Setkab, Jakarta, Senin (13/6/2016).

Presiden juga menganggap, kata Sadeli, masalah kemiskinan saat ini sudah rawan sehingga perlu dihadapi dengan baik. Untuk itu, Presiden meminta agar MA berpartisipasi dalam mengatasi kemiskinan di Indonesia ini.

“Presiden meminta agar sekolah-sekolah yang dimiliki oleh Mathla’ul Anwar mengajarkan keahlian, misalnya sekolah kejuruan teknik. Sehingga masalah pengangguran yang erat dengan permasalahan kemiskinan bisa diselesaikan,” ungkap Ahmad Sadeli.

Sadeli menambahkan, dalam pertemuan itu disampaikan dukungan MA terhadap pemerintahan Presiden Jokowi hingga masa jabatan berakhir. 

“Kami mendukung pemerintahan Joko Widodo sampai masa jabatan beliau berakhir, dan kami konsisten bahwa tetap akan mengoreksi pemerintah kalau memang menyimpang dari konstitusi,” kata Sadeli.

Mathla’ul Anwar, lanjut Ahmad Sadeli, juga mendukung upaya pemerintah dalam menghilangkan kemiskinan, dan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Terlebih saat ini sudah memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

“Kita ingin pemerintah fokus terhadap bagaimana bangsa ini bisa bersaing. Dengan pendidikan yang baik sehingga kita tidak menjadi mangsa pasar pekerja dari ASEAN di luar Indonesia tetapi kita bisa bekerja sendiri dan bekerja dengan apa yang kita butuhkan,” ujar Ketua Umum MA itu.

Terkait Palestina, menurut Ahmad Sadeli, Mathla’ul Anwar menyatakan sikap terhadap kemerdekaan Palestina karena menilai ini bukan lagi konflik agama tetapi konflik kemanusiaan. Untuk itu, Mathla’ul Anwar memohon kepada pemerintah untuk secara aktif dan pro aktif mendukung kemerdekaan Palestina.

Berkaitan dengan isu komunisme, lanjut Ahmad Sadeli, Mathla’ul Anwar menyampaikan kepada presiden bahwa sebagai Ormas Islam mereka sangat prihatin dengan isu komunisme. “Jadi kita mohon kepada pemerintah untuk tegas menghadapi isu komunisme ini,” pungkasnya.

Mathla’ul Anwar merupakan organisasi masyarakat (Ormas) Islam berskala nasional seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Ormas ini didirikan tanggal 10 Juli 1916 oleh KH Mohammad Sholeh dan KH Abdurrahman, di daerah Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Saat menerima PB Mathla’ul Anwar itu, Presiden Jokowi didampingi oleh Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin. (*)

Post Top Ad