 |
| Dery Agung Wijaya |
BANDAR LAMPUNG – Akhirnya, Polresta Bandar Lampung menetapkan status tersangka terhadap Jie Soefirman, direktur Jie Tour and Travel. Jie diduga telah melakukan penipuan terhadap tiga SMP di Bandar Lampung. Polisi juga memasukkan Jie dalam daftar pencarian orang (DPO).
Kasatreskrim Polresta Kompol Dery Agung Wijaya menyatakan, penetapan tersangka atas Jie telah memenuhi unsur. Polisi, lanjut dia, juga melihat bukti dan mencermati keterangan para saksi.
’’Dan memenuhi untuk ditetapkan sebagai tersangka,” katanya, Kamis (25/12/2014).
Dalam kasus ini, menurut dia, Jie sudah membuat ratusan siswa-siswi jadi korban. Dery menyatakan, polisi sudah melayangkan surat panggilan terhadap Jie. Tapi, Jie tak kunjung datang ke Polresta. Dery berharap Jie kooperatif dalam menjalani perkaranya.
’’Kami berharap tersangka secepatnya menyerahkan diri ke kantor polisi,” imbau dia.
Sampai kemarin, keberadaan Jie belum bisa terendus. Selama ini Jie mengontrak di wilayah RT 08/Lk3 Wayhalim Permai. Menurut Ketua RT setempat Sarafin (50), Jie dikenal sebagai sosok yang ramah.
“Rumahnya sudah kosong nggak ada orang,” kata dia.
Menurut Sarafin, dirinya tak tahu kemana Jie dan keluarganya pergi. Namun, menurutnya, selama mengontrak 2,5 tahun, Jie menunjukkan dokumen ke Sarafin. Dokumen itu terkait izin tempat tinggal sekaligus tempat usaha.
“Tapi sampai (Jie) menghilang, dia tak memberi fotokopi surat itu,” jelasnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Amalia, istri Jie Soefirman, sebelumnya sempat dirawat di Rumah Sakit Imanuel. Dia dirawat lantaran shock. Ketua panitia SMPN 2 Bandar Lampung Bren Efendi menyatakan, pihaknya sudah melakukan pengecekan ke RS Imanuel. Namun dirinya mendapati Amalia sudah keluar dari RS.
’’Kami ke RS Imanuel. Tetapi ternyata yang bersangkutan sudah keluar. Tak ada lagi di rumah sakit,” terangnya, seperti dilansir radarlampung.co.id.
Jie tersangkut kasus penipuan di SMPN 2 Bandar Lampung, juga SMPN 23 dan SMPN 24 Bandar Lampung. Dia diduga sudah melarikan uang untuk study tour para siswa. Akibatnya, SMPN 2 Bandar Lampung merugi Rp346 juta, SMPN 23 dan SMPN 24 masing-masing merugi Rp42 juta. (*)
